Bom Mobil di Akademi Polisi, Kolombia Salahkan Pemberontak ELN

Kolombia mempersalahkan Tentara Pembebasan Nasional (ELN), grup gerilya kiri, atas serangan bom mematikan dalam suatu akademi polisi. Setidaknya 21 orang meninggal serta 68 yang lain terluka dalam salah satunya serangan teroris terburuk di Ibu Kota Kolombia, Bogota, pada sebuah dekade.

Dalam pertemuan wartawan, Menteri Pertahanan Guillermo Botero menjelaskan pengemudi mobil, Jose Aldemar Rojas Rodriguez, mempunyai riwayat panjang dengan ELN.

Pihak berkuasa menjelaskan Rojas (56) sudah jadi anggota grup gerilya semenjak 1994 serta sudah jadi pelatih bahan peledak dan awal mulanya kehilangan tangan kanannya. Polisi temukan lengan kirinya di tempat ledakan, di akademi kepolisian Escuela General Santander, serta dapat mengidentifikasi ia dengan sidik jarinya.

Baca juga : Jurusan di UNRAM

Serangan itu berlangsung saat pemerintah sudah memperhitungkan untuk mengawali kembali perundingan damai dengan ELN di Kuba, tapi pemerintah menuntut supaya grup itu melepas semua 16 sandera yang diprediksikan ditahan.

Pihak berkuasa menjelaskan mereka pun sudah meredam seseorang pria di Bogota yang mereka identifikasi menjadi Ricardo Andres Carvajal Salgar lewat panggilan telephone yang disadap serta dia didakwa menjadi co-conspirator. Tapi mereka minta pertolongan publik dalam mengidentifikasi terduga lainnya.

Di hari Kamis, seputar jam 9:30 pagi, satu Patroli Nissan yang membawa lebih dari 150 pon bahan peledak pentolite berjalan lewat titik kontrol di akademi kepolisian. Saat pengemudi ditanyai, ia mulai memundurkan kendaraan saat meledak di dekat barak yang menyimpan kadet wanita.

Botero menjelaskan tidak ada bukti jika pengemudi itu dengan sadar lakukan bunuh diri, serta ada tanda-tanda jika mobil itu bisa diledakkan dengan remote control. Bila Rojas ialah pembom bunuh diri, seperti yang disangka sebagian orang, itu bisa menjadi strategi yang tidak pernah berlangsung awal mulanya dalam perseteruan sipil 1/2 era di Kolombia.

Botero menjelaskan jika pengemudi, Rojas, dalam satu waktu memberi kursus bahan peledak di Venezuela, tapi ia menjelaskan tidak ada tanda-tanda jika negara tetangga itu tahu mengenai atau mempunyai jalinan dengan serangan itu. Venezuela serta Kolombia sudah berselisih saat bertahun-tahun, serta Presiden Venezuela Nicolas Maduro seringkali menuduh kepemimpinan di Bogota berupaya menggulingkan pemerintahan sosialisnya.

Rojas sudah coba mendaftarkan dengan FARC setidaknya pada tiga peluang tapi sudah tidak diterima oleh grup yang semakin besar, kata Botero. Parpol FARC sudah mengutuk serangan itu.

Akademi kepolisian populer di semua lokasi serta melatih taruna internasional. Diantara yang meninggal ialah seseorang wanita Ekuador serta dua petinggi Panama terluka.

Komisaris Perdamaian Kolombia Miguel Ceballos menjelaskan Presiden Ivan Duque mesti membuat ketetapan bila perbincangan itu masih tetap berjalan.

"ELN tidak membuat satu juga isyarat yang menyaratkan dia inginkan perdamaian," kata Ceballos seperti diambil dari Miami Herald, Sabtu (19/1/2019).

Bila perbincangan itu amburadul, itu dapat membuat Kuba terjepit. ELN mempunyai delegasi komandan gerilyawan di pulau itu serta Kolombia juga bakal minta ekstradisi atas mereka.

Baca juga : Jurusan di UNG

Serangan bom di hari Kamis memperingatkan akan riwayat kelam Kolombia. Pada 1990-an serta 2000-an, pemboman mematikan dikerjakan dengan teratur oleh kartel narkoba Medellin pimpinan Pablo Escobar serta FARC. Pada tahun 2003, pemboman country club El Nogal, yang dihubungkan dengan pasukan Escobar, menewaskan sekurang-kurangnya tiga lusin orang.

Dibangun pada tahun 1964, ELN awalannya menyatukan ideologi Marxis-Leninis dengan teologi pembebasan. Beberapa rekrutmen awalannya datang dari Gereja Katolik, termasuk juga Camilo Torres, seseorang pendeta karismatik yang wafat pada tahun 1966 saat pertarungan pertamanya.

Tapi dalam beberapa tahun paling akhir pihak berkuasa menjelaskan ELN sudah jadi satu organisasi kriminil, yang dipacu oleh obat-obatan serta uang tebusan. Grup itu diprediksikan mempunyai seputar 1.500 anggota bersenjata.

Presiden Ivan Duque mengatakan tiga hari berkabung nasional serta bersumpah jika "aksi terorisme hilang ingatan" tidak akan dilewatkan demikian saja.

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Gugatan ke MK, Sandi Sebut Ini Langkah Konstitusional

PAN Tegaskan Tidak Pernah Minta Kursi Pimpinan Parlemen ke Jokowi

UG skorsing mahasiswa pembully Farhan